Senin, 31 Desember 2012

BAB 10


BAB 10

9. Manusia dan Tanggung jawab
9.1 Dalam konteks sosial manusia merupakan makhluk sosial. Ia tidak dapat hidup sendirian dengan perangkat nilai-nilai selera sendiri. Nilai-nilai yang diperankan seseorang dalam jalinan sosial harus dipertanggungjawabkan sehingga tidak mengganggu konsensus nilai yang telah disetujui bersama.
Tanggung jawab erat kaitannya dengan kewajiban. Kewajiban adalah sesuatu yang dibebankan terhadap seseorang, kewajiban merupakan tandingan terhadap hak, dan dapat juga tidak mengacu kepada hak, maka tanggung jawab dalam hal ini adalah tanggung jawab terhadap kewajibannya.
Kewajiban dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Kewajiban terbatas
b) Kewajiban tidak terbatas
Tanggungjawab
Tanggungjawb adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggungjawab adalah kewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya, atau memberikan jawaban dan menanggung akibatnya. Tanggungjawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggungjawab juga juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Seseorang mau bertanggungjawab karena ada kesadaran atau keinsafan atau pengertian atas segala perbuatan dan akibatnya dan atas kepentingan pihak lain. Timbulnya tanggungjawab itu karena manusia itu hidup bermasyarakat dan hidup dalam lingkungan alam. Tanggungjawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggungjawab. Apabila ia tidak mau bertanggungjawab, maka akan ada pihal lain yang memaksa tanggungjawab itu. Dengan demikian tanggungjawab itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi pihak yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak lain. Dari sisi pembuat ia harus menyadari akibat perbuatannya itu, dengan demikian ia sendiri pula yang harus memulihkan ke dalam keadaan baik. Daari sisi pihak lain, apabila si pembuat tidak mau bertanggungjawab, pihak lain yang akan memulihkan baik dengan cara individual maupun dengan cara masyarakat.
Apabila dikaji, tanggungjawab itu adalah kewajiban atau beban yang harus dipikul atau dipenuhi sebagai akibat dari pebuatan pihak yang berbuat, atau sebagai akibat dari perbuatan pihak lain, atau sebagai pengabdian pada pihak lain. Kewajiban atau beban itu ditujukan untuk kebaikan pihak yang berbuat sendiri atau pihak lain dengan keseimbangan, keserasian keselarasan antara sesama manusia, antara manusia dan lingkungan, antara manusia dan Tuhan selalu dipelihara dengan baik. Tanggungjawab itu cirri manusia beradab (berbudaya). Manusia merasa bertanggungjawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian atau pengorbanannya. Untuk memperoleh atau meningkatkan kesadaan bertanggungjawab perlu ditempuh usaha melalui pendidikan, penyuluhan, keteladanan, dan takwa terhadap Tuhan.
Berdasarkan penjalasan di atas, maka dapat kita jelaskan macam-macam dari bentuk tanggungjawab sebagai berikut :
9.2 Macam-macam Tanggungjawab :
1.       Tanggungjawab terhadap diri sendiri
“If it is to be, it is up to me” maksud dari pepatah lama tersebut adalah hanya diri kita yang sepenuhnya bertanggungjawab terhadap kehidupan atau nasib diri kita sendiri. Ada beberapa ketentuan untuk dapat melaksanakan tanggungjwab kehidupan ini dengan baik. Ketentuan pertama adalah mengenali dan mengembangkan potensi yang ada dalam diri sendiri. Selain itu, memahami tujuan hidup supaya
langkah untuk dikerjakan lebih terfokus. Yang terpenting dari semua itu adalah berpikir dan bersikap positif walau apapun yang terjadi. Kesuksesan dimasa depan tidak terkait erat dengan latar belakang maupun latar depan. Keadaan dalam merespon keadaan menentukan tingkat
keberhasilan. Suatu keadaan yang sama, tetapi bila direspon secara berbeda maka akan memberikan hasil yang berbeda pula. Sebagai contoh adalah kehidupan mengenai sepasang saudara kembar di Amerika Serikat. Kejadian ini berlangsung sekitar tahun 1950-an. Keluarga pasangan saudara kembar ini berantakan. Sang kakak merespon keadaan itu secara positif, dan bertekad untuk sukses dalam kehidupan. Berkat usaha keras dalam belajar dan tekadnya yang besar, maka ia berhasil menjadi senator ternama di Amerika Serikat. Sedangkan saudara kembarnya sendiri melihat kekacauan dalam keluarganya itu secara negatif. Sehingga ia kehilangan kendali dan selalu berusaha menghancurkan dirinya sendiri. Akibatnya, ia harus mendekam di penjara seumur hidup karena melakukan tindakan kejahatan yang sangat fatal. Tidak ada orang lain yang harus dipersalahkan. Kesalahannya sendiri merupkan penyebab dari nasib buruknya itu. Dalam kisah tersebut terdapat perbedaan rasa tanggungjawab hidup yang besar. Faktor pembeda yang pertama adalah kepahaman terhadap potensi dalam diri masing-masing individu. Sang kakak merasa memiliki potensi yang cukup untuk ia kembangkan lebih lanjut. Oleh sebab itu, ia merasa bertanggung jawab untuk dapat meraih kehidupannya yang lebih baik. Sedangkan sang adik sama sekali tidak melihat potensi yang ada di dalam dirinya. Sehingga sang adik tidak merasa mampu mengemban tanggungjawab kehidupam ini dengan baik. Selain itu, sang kakak sudah menetapkan tujuan yang pasti, sehingga setiap langkahnya terarah. Sedangkan sang adik tidak memiliki tujuan hidup yang pasti. Sehingga, ia merasa tidak perlu bertanggungjawab terhadap kehidupan ini. Sementara sang kakak selalu menyikapi keadaan secara positif. Dilain pihak, sang adik tidak melihat sisi positif dari bencana yang menimpa keluarga mereka. Perbedaan tingkat rasa tanggungjawab hidup diantara mereka berdua telah menyebabkan perbedaan nasib yang sangat besar pula.
Dari contoh di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa hanya diri kita sendirilah yang bertanggungjawab menentukan
kehidupan seperti apa yang kita harapkan. Sedangkan orang lain tidak bertanggungjawab terhadap nasib ataupun esuksesan kita. Peran dari orang lain hanya bersifat sebagai instrumen yang melengkapai usaha diri kita sendiri.
2.Tanggungjawab terhadap Keluarga
Secara tradisional keluarga adalah tempat dimana manusia saling memberikan tanggungjawabnya. Si orang tua bertanggungjawab kepada
anaknya, anggota keluarga saling tanggungjawab. Anggota keluarga saling membantu dalam keadaan susah, saling mengurus di usia tua dan dalam keadaan sakit. Ini terlepas dari apakah kehidupan itu berbentuk perkawinan atau tidak. Di lihat dari segi tanggungjawab, orang tua adalah orang yang paling bertanggungjawab terhadap pendidikan anak. Anak dilahirkan dan dibesarkan oleh orang tua, orang yang pertama kali dijumpai anak adalah orang tuanya, jadi secara tidak langsung ayah dan ibu adalah guru pertama bagi anak, disadari atau tidak oleh orang tua itu sendiri.
3. Tanggungjawab terhadap masyarakat
Manusia bertanggungjawab terhadap tindakan mereka. Manusia menanggung akibat dari perbuatannya dan mengukurnya pada
berbagai norma. Ini merupakan bentuk dari tanggungjawab terhadap masayarakat, dimana di dalam masyarakat telah ada aturan-aturan. Kehidupan bersama antar manusia membentuk norma yang kemudian berkembang menjadi aturan-aturan, hukum-hukum yang dibutuhkan suatu masyarakat tertentu. Dalam negara-negara modern aturan-aturan atau hukum-hukum tersebut termaktub dalam sebuah sistem hukum dan sama bagi semua warga. Apabila aturan-aturan ini dilanggar yang bersangkutan harus memperoleh hukuman atau sanksi. Jika ia misalnya merugikan hak milik orang lain maka Pengadilan dapat menghukum sikap yang bersalah (pelanggaran) berdasarkan KUHP.
4. Tanggungjawab terhadap bangsa / negara
Pendidikan merupakan salah satu dari contoh bentuk tanggungjawab masyarakat atau lebih khususnya pelajar terhadap bangsa dan negara. Karena pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang terbaik bagi bangsa dan negara. Sumber Daya Manusia Indonesia masih sangat lemah untuk mendukung perkembangan industri dan ekonomi. Penyebabnya karena pemerintah selama ini tidak pernah menempatkan pendidikan sebagai prioritas terpenting. Sedikitnya terdapat tiga alasan untuk memprioritaskan pendidikan sebagai investasi jangka panjang.
- Pertama, pendidikan adalah alat untuk perkembangan ekonomi dan bukan sekedar pertumbuhan ekonomi. Pada praksis manajemen pendidikan modern, salah satu dari lima fungsi pendidikan adalah fungsi teknis-ekonomis baik pada tataran individual hingga tataran global. Fungsi teknis-ekonomis merujuk pada kontribusi pendidikan untuk perkembangan ekonomi. Misalnya pendidikan dapat membantu siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk hidup dan berkompetisi dalam ekonomi yang kompetitif. Para penganut teori human capital berpendapat bahwa pendidikan adalah sebagai investasi sumber daya manusia yang memberi manfaat moneter ataupun non-moneter. Manfaat non-meneter dari pendidikan adalah diperolehnya kondisi kerja yang lebih baik, kepuasan kerja, efisiensi konsumsi, kepuasan menikmati masa pensiun dan manfaat hidup yang lebih lama karena peningkatan gizi dan kesehatan. Manfaat
moneter adalah manfaat ekonomis yaitu berupa tambahan pendapatan seseorang yang telah menyelesaikan tingkat pendidikan tertentu dibandingkan dengan pendapatan lulusan pendidikan dibawahnya. Sumber daya manusia yang berpendidikan akan menjadi modal utama pembangunan nasional, terutama untuk perkembangan ekonomi. Semakin banyak orang yang berpendidikan maka semakin mudah bagi suatu negara untuk membangun bangsanya. Hal ini dikarenakan telah dikuasainya keterampilan, ilmu pengetahuan dan teknologi oleh sumber daya manusianya sehingga pemerintah lebih mudah dalam menggerakkan pembangunan nasional.
- Kedua, investasi pendidikan memberikan nilai balik (rate of return) yang lebih tinggi dari pada investasi fisik di bidang
lain. Nilai balik pendidikan adalah perbandingan antara total biaya yang dikeluarkan untuk membiayai pendidikan dengan total pendapatan
yang akan diperoleh setelah seseorang lulus dan memasuki dunia kerja.
- Ketiga, investasi dalam bidang pendidikan memiliki banyak fungsi selain fungsi teknis-ekonomis yaitu fungsi sosial-kemanusiaan,
fungsi politis, fungsi budaya, dan fungsi kependidikan. Fungsi sosial-kemanusiaan merujuk pada kontribusi pendidikan terhadap perkembangan manusia dan hubungan sosial pada berbagai tingkat sosial yang berbeda.
Jelaslah bahwa investasi dalam bidang pendidikan tidak semata-mata untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi tetapi lebih luas lagi yaitu
perkembangan ekonomi. Perkembangan ekonomi akan tercapai apabila sumber daya manusianya memiliki etika, moral, rasa tanggung jawab, rasa keadilan, jujur, serta menyadari hak dan kewajiban yang kesemuanya itu merupakan indikator hasil pendidikan yang baik. Dari paparan di atas tampak bahwa pendidikan adalah wahana yang amat penting dan strategis untuk perkembangan ekonomi dan integrasi bangsa.
5. Tanggungjawab terhadap Tuhan
Penciptaan manusia dilandasi oleh sebuah tujuan luhur. Maka, tentu saja keberadaannya disertai dengan berbagai tanggungjawab. Konsekuensi kepasrahan manusia kepada Allah Swt, dibuktikan dengan menerima seluruh tanggungjawab (akuntabilitas) yang datang dari-Nya serta melangkah sesuai dengan aturan-Nya. Berbagai tanggungjawab ini, membentuk suatu relasi tanggungjawab yang terjadi antara Tuhan, manusia dan alam. Hal tersebut meliputi antara lain: tanggungjawab manusia terhadap Tuhan, tanggungjawab manusia terhadap
sesama, tanggungjawab manusia terhadap alam semesta serta tanggungjawab manusia tehadap dirinya sendiri. Tanggungjawab manusia terhadap Tuhan meliputi dua aspek pokok. Pertama, mengenal Tuhan. Kedua, menyembah dan beribadah kepada-Nya.

9.3 Pengabdian dan Pengorbanan
Wujud tanggungjawab juga berupa pengabdian dan pengorbanan. Pengabdian dan pegorbanan adalah perbuatan baik untuk kepentingan manusia itu sendiri. Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta kasih sayang, norma, atau satu ikatan dari semua itu dilakukan dengan ikhlas. Pengabdian itu pada hakekatnya adalah rasa tanggungjaab. Apabila orang bekerja keras sehari penuh untuk mencapai kebutuhan, hal itu berarti mengabdi keapada keluarga. Manusia tidak ada dengan sendirinya, tetapi merupakan mahluk ciptaan Tuhan. Sebagai ciptaan Tuhan manusia wajib mengabdi kepada Tuhan. Pengabdian berarti penyerahan diri sepenuhnya kepada uhan, dan merupakan perwujudan tanggungjawab kepad Tuhan.
Pengorbanan berasal dari kata korban atau kurban yang berarti persembahan, sehingga pengorbanan berarati pemberian untuk menyatakan kebaktian. Dengan demikian pengorbanan yang bersifat kebaktian itu mengandung keikhalasan yangtidak menganadung pamrih. Suatu pemberian yang didasarkan atas kesadaran moral yang tulus ikhlas semata-mata. Perbedaan antara pengabdian dan pengorbanan tidak begitu jelas. Karena adanya pengabdian tentu ada pengorbanan. Antara sesame kawan sulit dikatakan pengabdian karena kata pengabdian mengandung arti lebih rendah tingkatannya, tetapi untuk kata pengorbanan dapat juga diterapkan kepaa sesame teman..
Pengorbanan merupakan akibat dari pengabdian. Pengorbanan dapat berupa harta benda, pikiran dan perasaan, bahkan dapat juga berupa jiwanya. Pengorbanan diserahkan secara ikhlas tanpa pamrih, tanpa ada perjanjian, tanpa ada transaksi, kapan sja diperlukan. Pengabdian lebih banyak menunjuk pada perbuatan sedangkan pengorbanan lebih banyak menunjuk pada pemberian sesuatu misalnya berupa pikiran, perasaan, tenaga, biaya. Dalam pengabdian selalu dituntut pengorbanan, tetapi pengorbanan belum tentu menuntut pengabdian.

BAB 9



8.Manusia dan Pandangan hidup

8.1 PENGERTIAN PANDANGAN HIDUP
               Setiap manusia mempunyai pandangan hidup. Pandangan hidup itu
bersifat kodrati, Karena itu ia menentukan masa depan seseorang. Untuk itu
perlu dijelaskan pula apa arti pandangan  hidup. Pandangan hidup artinya
pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan,,
petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil
pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat
hidupnya.
              Dengan demikian pandangan hidup itu bukanlah timbul sekita atau
dalam waktu yang singkat saja, melainkan melalui proses waktu lama dan terusIlmu Budaya Dasar    menerus, sehingga hasil pemikiran itu dapat diuji kenyataannya. Hasil pemikiran
itu dapat diterima oleh akal, sehingga  diakui kebenarannya. Atas dasar ini
manusia menerima hasil pemikiran itu sebagai pegangan, pedoman, arahan,
atau petunjuk yang disebut pandangan hidup.
            Pandangan  hidup banyak sekali macamnya dan ragamnya, akan tetapi
pandangan hidup dapat diklasifikasikan berdasarkan asalnya yaitu terdiri dari 3
macam :
1.  Pandangan hidup yang berasal  dari agama yaitu pandangan yang mutlak
kebenarannya
2.  Pandangan hidup yang berupa idiologi yang disesuaikan dengan kebudayaan
dan norma yang terdapat pada negara tersebut
3.  Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif
kebenarannya
               Pandangan hidup pada dasarnya mempunyai unsur-unsur yaitu ;
Cita-cita
Kebajikan
Usaha
Keyakinan / kepercayaan
Keempat unsur ini merupakan satu rangkaian kesatuan yang tidak terpisahkan .
cita-cita aialah apa yang diinginkan yang mungkin dapat dicapai dengan usaha
atau perjuangan. Tujuan yang hendak dicapai  ialah kebajikan, yaitu segala hal
yang baik yang membuat manusia makmur, bahagia, damai, tenteram. Usaha
atau perjuangan adalah kerja  keras yang dilandasi keyakinan/kepercayaan.
Keyakinan/kepercayaan diukur dengan kemampuan akal, kemampuan jasmani,
dan kepercayaan kepada Tuhan.

8.2 B. CITA-CITA
Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, yang disebut cita-cita adalah
keinginan, harapan, tujuan yang selalu  ada dalam pikiran. Baik keinginan,
harapan, maupun tujuan merupakan apa yang mau diperoleh seseorang pada
masa mendatang. Dengan demikian cita-cita merupakan semacam garis linier
Ilmu Budaya Dasar  yang makin lama makin tinggi, cita-cita merupakan keinginan, harapan, dan
tujuan manusia yang makin tinggi tingkatannya.
          Apabila  cita-cita  itu  tidak mungkin atau belum  mungkin terpenuhi, maka
cita-cita itu disebut angan-angan. Disini persyratan dan kemampuan tidak/belum
dipenuhi sehingga usaha untuk  mewujudkan cita-cita tidak mungkin dilakukan.
Misalnya seorang anak bercita-cita ingin menjadi dokter, ia belum sekolah, tidak
mungkin berpikir baik, sehingga tidak punya kemampuan berusaha mencapai
cita-cita. Itu baru dalam taraf angan-angan.
Antara masa sekarang yang merupakan realita dengan masa yang akan
datang sebagai ide atau cita-cita terdapat jarak waktu. Dapatkah seseorang
mencapai apa yang dicita-citakan, hal ini tergantung dari tiga faktor ;
1.  Manusianya, yaitu yang memiliki cita-cita
2.  Kondisi yang dihadapi selama mencapai apa yang dicita-citakan
3.  Seberapa tinggikah cita-cita yang hendak dicapai
 Faktor  manusia yang mau mencapai cta-cita  ditentukan oleh kualitas
manusianya. Ada yang tidak berkemauan, sehingga apa yang dicita-citakan
hanya merupakan khayalan saja. Hal demikian banyak menimpa anak-anak
muda yang memang senang berkhayal, tetapi sulit mencapai apa yang akan
dicita-citakan karena kurang mengukur dengan kemampunnya sendiri.
Sebaliknya dengan anak yang dengan kemauan keras ingin mencapai apa yang
di cita-citakan. Cita-cita merupakan motivasi atau dorongan dalam menempuh
suatu perjuangan hidup untuk  mencapainya. Cara keras dalam mencapai citacita merupakan suatu perjuangan hidup  yang bila berhasil  akan menjadikan
dirinya puas.
Faktor Kondisi yang mempengaruhi tercapainya cita-cita, pada umumnya dapat
disebut yang menguntungkan dan  yang menghambat. Faktor yang
menguntungkan merupakan kondisi yang memperlancar tercapainya suatu citacita, sedangkan faktor yang menghambat  merupakan kondisi yang merintangi
tercapainya suatu cita-cita.
Faktor tingginya cita-cita  yang merupakan faktor ketiga dalam mencapai citacita. Memang ada anjuran agar seseorang menggantungkan cita-citanya setinggi
Ilmu Budaya Dasar. Tetapi bagaimana faktor manusianya, mampukah yang
bersangkutan mencapainya, demikian juga faktor kondisinya memungkinkan hal
itu. Apakah dapat merupakan pendorong atau penghalang cita-cita. Sementara
ada anjuran, agar seseorang menemukan cita-citanya yang sepadan atau sesuai
dengan kemampuannya. Pepatah mengatakan  “bayang-bayang setinggi badan”
artinya mencapai cita-cita sesuai dengan kemampuan dirinya. Anjuran yang
terakhir ini menyebabkan seseorang secara bertahap mencapai apa yang
diidam-idamkan. Pada umumnya dilakukan dengan penuh perhitungan sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki saat itu serta kondisi yang dilalui.
           Suatu  cita-cita  tidak  hanya dimiliki oleh individu, masyarakat dan
bangsapun memiliki cita-cita juga. Cita-cita suatu bangsa merupakan keinginan
atau tujuan suatu bangsa. Misalnya bangsa Indonesia mendirikan suatu negara
yang merupakan sarana untuk menjadi  suatu bangsa yang masyarakatnya
memiliki keadilan dan kemakmuran.

8.3 C. KEBAJIKAN                           
            Kebajikan atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan
pada hakekatnya sama dengan moral,  perbuatan yang sesuai dengan normanorma agama, dan etika. Manusia berbuat baik, karena menurut kodratnya
manusia itu baik, makhluk bermoral.  Atas dorongan suara hatinya manusia
cenderung berbuat baik.
           Manusia  adalah seorang pribadi yang utuh yang terdiri atas jiwa dan
badan. Kedua unsur terpisah bila manusia meninggal. Karena merupakan
pribadi, manusia mempunyai pendapat sendiri, ia mencintai diri sendiri, seringkali
manusia tidak mengenal kebajikan.
          Manusia  merupakan makhluk sosial : manusia hidup bermasyarakat,
manusia saling membutuhkan, saling menolong, saling menghargai sesama
anggota masyarakat. Sebaliknya pula saling mencurigai, saling membenci, saling
merugikan dan sebagainya.
           Manusia  sebagai  makhluk Tuhan, diciptakan Tuhan dan dapat
berkembang karena Tuhan. Untuk itu manusia dilengkapi kemampuan jasmani
Ilmu Budaya Dasar dan rohani juga fasilitas alam sekitarnya seperti tanah, air, tumbuh-tumbuhan
dan sebagainya.
Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat dari tiga segi yaitu ;
Manusia sebagai makhluk pribadi
Manusia sebagai anggota masyarakat
Manusia sebagai makhluk Tuhan
             Sebagai makhluk pribadi, manusia dapat menentukan sendiri apa yang
yang baik dan apa yang yang buruk. Baik buruk itu ditentukan oleh suara hati
adalah semacam bisikan didalam hati  yang mendesak seseorang, untuk
menimbang dan menentukan  baik buruknya suatu perbuatan, tindakan atau
tingkah laku. Jadi sura hati dapat merupakan hakim untuk diri sendiri. Sebab itu,
nilai suara hati amat besar dan penting dalam hidup manusia. Misalnya orang
tahu bahwa membunuh itu buruk, jahat, suara hatinya mengatakan demikian,
namun manusia kadang-kadang tak mendengarkan suara hatinya.
            Suara hati selalu memilih yang baik, sebab itu ia selalu mendesak orang
untuk berbuat yang baik bagi dirinya. Oleh karana itu, kalau seseorang untuk
berbuat sesuatu sesuai sdengan bisikan suara hatinya, maka orang tersebut
perbuatannya pasti baik. Karena merupakan anggota masyarakat, maka
seseorang juga terikat dengan suara  masyarakat.Setiap masyarakat adalah
kumpulan pribadi- pribadi, sehingga setiap suara masyarakat pada hakekatnya
adalah kumpulan suara hati pribadi-pribadi dalam masyarakat itu. Sebagaimana
sura hati tiap pribadi itu pasti selalu menginginan yang baik, maka masyarakat
yang terdiri atas pribadi-pribadi itu pun  pasti suara hatinya juga menginginkan
yang baik.
Sesuatu yang baik bagi masyarakat, berarti baik bagi kepentingan
masyarakat. Tetapi dapat saja terjadi, bahwa sesuatu yang baik bagi
kepentingan umum/ masyarakat tidak baik bagi salah seorang atau segelintir
orang didalamnya atau sebaliknya. Dengan demikian seseorang harus tunduk
kepada apa yang baik bagi masyarakat umum.
Sebagai makhluk Tuhan, manusiapun harus mendengarkan suara hati
Tuhan. Suara Tuhan selalu membisikan agar manusia berbuat baik dan
Ilmu Budaya Dasar menghilangkan perbuatan yang tidak baik. Jadi untuk mengukur perbuatan baik
buruk, harus kita dengar pula suara Tuhan atau kehendak Tuhan. Kehendak
Tuhan berbentuk hukum Tuhan atau hukum agama.
Jadi kebajikan itu adalah perbuatan yang selaras dengan suara hati kita,
suara hati masyarakat dan hukum Tuhan. Kebajikan berarti berkata sopan,
santun, berbahasa baik, bertinkah laku baik, ramah tamah terhadap siapapun,
berpakaian sopan agar tidak merangsang bagi yang melihatnya.
Baik buruk, kebajikan dan ketidak bajikan menimbulkan  daya kreatifitas
bagi seniman. Banyak hasil seni lahir dari imajinasi kebajikan dan ketidak
bajikan.
Namun ada pula kebajikan semu, yaitu kejahatan yang terselubung
kebajikan. Kebajikan semu ini sangat berbahaya, karena pelakunya orang-orang
munafik, yang bermaksud mencari keuntungan diri sendiri.Kebajikan nyata dapat
dirasakan dalam tingkah lakunya,  karena tingkah laku bersumber pada
pandangan hidup, maka setiap orang memiliki tingkah laku sendiri-sendiri
sehingga tingkah laku setiap orang berbeda beda.
Faktor-faktor yang menentukan tingkah laku setiap orang ada tiga hal :
1.  Faktor pembawaan (heriditas) yang telah ditentukan pada waktu seseorang
masih dalam kandungan. Pembawaan merupakan hal yang diturunkan oleh
orang tua. Tetapi mengapa mereka yang saudara sekandung tidak memiliki
pembawaan yang sama. Hal ini disebabkan karena sel-sel benih yang
mengandung faktor-faktor penentu (determinan) berjumlah sangat banyak,
pada saat konsepsi saling berkombinasi dengan cara bermacam-macam
sehingga menghasilkan anak yang bermacam-macam juga (prinsip variasi
dalam keturunan). Namun mereka yang bersaudara memperlihatkan
kecondongan kearah rata-rata, yaitu sifat rata-rata yang dimiliki oleh mereka
yang saudara sekandung (prinsip regresi filial). Pada masa konsepsi atau
pembuahan itulah terjadi pembentukan temperamen seseorang.
2.  Faktor lingkungan (environment),  lingkungan yang membentuk seseorang
merupakan alam kedua yang terjadinya setelah seorang anak lahir (masa
Ilmu Budaya Dasar pembentukan seseorang waktu masih dalam kandungan merupakan alam
pertama). Lingkungan membentuk jiwa seseorang meliputi lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat.  Dalam lingkungan keluarga orang tua
maupun anak-anak yang lebih tua merupakan panutan seseorang, sehingga
bila yang dianut sebagai teladan berbuat yang baik-baik, maka si anak yang
tengah membentuk diri pribadinya akan baik juga. Dalam lingkungan sekolah
yang menjadi panutan utama adalah guru, sementara itu temantemansekolah kita ikut serta memberikan andilnya.
3.  Faktor pengalaman yang khas yang pernah diperoleh, Baik pengalaman pahit
yang sifatnya negatif, maupun pengalaman manis yang sifatnya
positif,memberikan pada manusia bekal  yang selalu dipergunakan sebagai
pertimbangan sebelum seseorang mengambil tindakan. Mungkin sekali
bahwa berdasarkan hati nurani seseorang mau menolong orang kesusahan,
tetapi karena pernah memperoleh pengalaman pahit waktu mau menolong
orang dalam kesusahan, tetapi karena  niat baiknya itu tertahan, sehingga
diurungkan untuk membantu. Belajar  hidup dari pengalaman inilah yang
merupakan pembentukan budaya dalam diri seseorang.
Dalam prakteknya, diri ketiga faktor diatas, yaitu heriditas, lingkungan, dan
pengalaman , manakah yang paling dominan, sulit diberikan jawaban karena
ketiga-tiganya terjalin erat sekali. Disamping itu ketiga faktor tersebut dalam
membentuk pribadi seseorang berbeda kekuatannya  dengan pembentukan
pada pribadi lain.

8.4 D.  USAHA / PERJUANGAN
              Usaha/perjuangan adalah kerja keras  untuk mewujudkan cita-cita.
Setiap manusia harus kerja keras untuk kelanjutan hidupnya. Sebagian hidup
manusia adalah usaha / perjuangan untuk hidup, dan ini sudah kodrat manusia.
Tanpa usaha / perjuangan,  manusia tidak dapat hidup sempurna. Apabila
manusia bercita-cita menjadi kaya, ia harus kerja keras.
Ilmu Budaya Dasar Kerja keras itu dapat dilakuan dengan otak / ilmu maupun dengan tenaga/
jasmani, atau kedua-duanya. Para ilmuwan lebih banyak bekerja keras dengan
otak/ilmunya dari pada dengan jasmaninya. Sebaliknya para buruh, petani lebih
banyak menggunakan jasmani dari pada otaknya. Para tukang dan para ahli
lebih banyak menggunakan kedua-duanya otak dan jasmani dari pada salah
satunya. Para politikus lebih banyak  kerja otak dari pada jasmani, sebaliknya
prajurit lebih banyak kerja jasmani dari pada otak.
Kerja keras pada dasarnya menghargai dan meningkatkan harkat dan
martabat manusia. Sebaliknya pemalas membuat manusia miskin, melarat, dan
berarti menjatuhkan harkat dan martabatnya sendiri.karena itu tidak boleh
bermalas-malas, bersatai-santai dalam  hidup ini. Santai dan istirahat ada
waktunya dan manusia mengatur waktunya itu.
Dalam agamapun diperintahkan untuk  kerja keras, sebagaimana hadist
yang diucapkan Nabi Besar Muhammad  S.A.W yang ditunjuk kepada para
pengikutnya  “Bekerjalah kamu seakan-akan kamu hidup selama-lamanya,
dan beribadahlah kamu seakan-akan kamu akan mati besok”.
Untuk kerja keras manusia dibatasi oleh kemampuan. Karena
kemampuan terbatas itulah timbul perbedaan tingkat kemakmuran antara
manusia satu dan manusia lainnya.  Kemampuan itu terbatas pada fisik dan
keahlian / ketrampilan. Orang bekerja dengan fisik lemah memperoleh hasil
sedikit, ketrampilan akan memperoleh penghasilan lebih banyak jika
dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai ketrampilan / keahlian.
Karena itu mencari ilmu  dan keahlian  / ketrampilan itu suatu keharusan,
Sebagaimana dinyatakan dalam ungkapan sastra “Tuntutlah ilmu dari buaian
sampai liang lahat” dalam pendidikan dikatakan sebagai “Long life
education”.
Karena manusia itu mempunyai rasa kebersamaan dan belas kasihan
(cinta kasih) antara sesama manusia, maka ketidak mampuan akan kemampuan
terbatas yang menimbulkan perbedaan tingkat kemakmuran itu dapat diatasi
bersama-sama secara tolong menolong,  bergotong royong. Apabila sistem ini
diangkat ketingkat organisasi negara, maka negara akan mengatur usaha /
Ilmu Budaya Dasar perjuangan warga negaranya  sedemian rupa, sehingga perbedaan tingkat
kemakmuran antara sesama warga negara  dapat dihilangkan atau tidak terlalu
mencolok. Keadaan ini dapat dikaji melalui pandangan hidu /idiologi yang dianut
oleh suatu negara.



8.5 E. KEYAKINAN / KEPERCAYAAN         
Keyakinan/kepercayaan yang menjadi dasar pandangan hidup berasal
dari kata akal atau kekuasaan Tuhan. Menurut Prof. Dr. Harun Nasution, ada
tiga aliran filsafat yaitu ;
Aliran naturalisme
Aliran intelektualisme
Aliran gabungan
a. Aliran Naturalisme
   Hidup manusia itu dihubungkan  dengan kekuatan gaib yang merupakan
kekuatan tertinggi. Kekuatan gaib itu dari natur, dan itu dari Tuhan. Tetapi bagi
yang tidak percaya pada Tuhan, natur itulah yang tertinggi. Tuhan menciptakan
alam semesta lengkap dengan hukum-hukumnya, secara mutlak dikuasai Tuhan.
Manusia sebagai makhluk tidak mampu menguasai alam ini, karana manusia itu
lemah. Manusia hanya dapat berusaha/berencana tetapi Tuhan yang
menentukan
Aliran naturalisme berintikan spekulasi, mungkin ada Tuhan mungkin juga
tidak ada Tuhan. Lalu mana yang benar, yang benar adalah keyakinan. Jika kita
yakin Tuhan itu ada maka kita katakan Tuhan ada. Bagi yang tidak yakin,
dikatakan Tuhan tidak ada yang ada hanya natur.
Bagi yang percaya Tuhan, Tuhan itulah kekuasaan tertinggi, manusia
adalah makhluk ciptaan Tuhan, karana  itu manusia mengabdi kepada Tuhan
berdasarkan ajaran-ajaran Tuhan yaitu agama.
Ajaran agama ada dua macam yaitu ;
Ilmu Budaya Dasar  Ajaran agama dogmatis, yang disampaikan oleh Tuhan melalui nabi-nabi.
Ajaran agama yang dogmatis bersifat mutlak (absolut), terdapat dalam kitab
suci Al-Quran dan Hadist. Sifatnya tetap, tidak berubah-ubah
2.  Ajaran agama dari pemuka-pemuka agama yaitu  sebagai hasil pemikiran
manusia, sifatnya relatif (terbatas). Ajaran agama dari pemuka-pemuka
agama termasuk kebudayaaan terdapat dalam buku-buku agama yang ditulis
oleh pemuka-pemuka agama, Sifatnya dapat berubah-ubah sesuai dengan
perkembangan jaman
Apabila aliran naturalisme ini dihubungkan dengan pandangan hidup, maka
keyakinan manusia itu bermula dari  Tuhan. Jadi pandangan hidup dilandasi
oleh ajaran-ajaran Tuhan melalui agamanya. Manusia yakin bahwa kebajikan
itu diridhoi oleh Tuhan pandangan hidup yang dilandasi keyakinan bahwa
Tuhanlah kekuasaan yang tertinggi, yang menentukan segala-galanya
disebut pandangan hidup religius (keagamaan)
b. Aliran Intelektualisme
          Dasar aliran ini logika / akal. Manusia mengutamakan akal, dengan akal
manusia berpikir, mana yang benar menurut akal itulah yang baik, walaupun
bertentangan dengan kekuatan hati nurani. Manusia yakin bahwa dengan
kekuatan pikir (akal) kebajikan itu dapat dicapai dengan sukses. Dengan akal
diciptakan teknologi. Teknologi adalah alat bantu mencapai kebajikan yang
maksimal, walaupun mungkin teknologi  memberi akibat  yang bertentangan
dengan hati nurani.
          Akal  berasal  dari  bahasa  Arab, artinya kalbu, yang berpusat di hati,
sehingga timbul istilah “hati nurani”, artinya daya rasa. Di barat hati nurani ini
menipis, justru yang menonjol adalah akal yaitu logika berpikir. Karena itu
aliran ini banyak dianut di kalangan barat. Di timur orang mengutamakan hati
nurani yang baik menurut akal belum tentu baik menurut hati nurani.
Apabila aliran ini dihubungkan dengan pandangan hidup ini dilandasi oleh
keyakinan manusia itu bermula dari akal. Jadi pandangan hidup ini dilandasi
Ilmu Budaya Dasar    oleh keyakinan kebenaran yang diterima akal. Benar menurut akal itulah yang
baik. Manusia yakin bahwa kebajikan hanya dapat diperoleh dengan akal (ilmu
teknologi). Pandangan hidup ini disebut liberalisme. Kebebasan akal
menimbulkan kebebasan bertingkah laku dan berbuat, walaupun tingkah laku
dan perbuatan itu bertentangan dengan hati nurani. Kebebasan akal lebih
ditekankan pada setiap individu. Karena itu individu yang berakal (berilmu dan
berteknologi tinggi) dapat menguasai individu yang berpikir rendah (bodoh).      
c. Aliran Gabungan
             Dasar aliran ini ialah kekuatan gaib dan juga akal, kekuatan gaib artinya
kekuatan yang berasal dari Tuhan,  percaya adanya Tuhan sebagai dasar
keyakinan. Sedangkan akal adalah  dasar kebudayaan, yang menentukan
benar tidaknya sesuatu. Segala sesuatu dunilai dengan akal, baik sebagai
logika berpikir maupun sebagai rasa  (hati nurani). Jadi apa yang benar
menurut logika berpikir juga dapat diterima oleh hati nurani.
Apabila aliran ini dihubungkan dengan pandangan hidup, maka akan
timbul dua kemungkinan  pandangan hidup. Apabila  keyakinan lebih berat
didasarkan pada logika berpikir, sedangkan hati nurani dinomer duakan,
kekuatan gaib dari Tuhan diakui adanya tetapi tidak menentukan , dan logika
berpikir tidak ditekankan pada logika berpikir individu, melainkan logika
berpikir kolektif (masyarakat), pandangan hidup ini disebut sosialisme.
Apabila dasar keyakinan itu kekuatan gaib dari Tuhan dan akal, keduaduanya mendasari keyakinan secara berimbang, akal dalam arti baik sebagai
logika berpikir maupun sebagai daya rasa  (hati nurani), logika berpikir baik
secara individual maupun secara  kolektif pandangan hidup ini disebut
sosialisme. Religius. Kebajikan yang dikehendaki adalah kebajikan menurut
logika berpikir dan dapat diterima  oleh hati nurani, semuanya itu berkat
karunia Tuhan.
Ilmu Budaya Dasar   

8.6 F. LANGKAH-LANGKAH BERPANDANGAN HIDUP YANG BAIK
   Manusia pasti mempunyai pandangan hidup walaupun bagaimanapun
bentuknya. Bagaimana kita memperlakukan pandangan hidup iti tergantung
pada orang yang bersangkutan. Ada yang memperlakukan pandangan hidup itu
sebagai sarana mencapai tujuan dan ada  pula yang memperlakukan sebagai
penimbul kesejahteraan, ketentraman dan sebagainya.
Akan tetapi yang terpenting, kita seharusnya mempunyai langkah-langkah
berpandangan hidup ini. Karena hanya dengan mempunyai langkah-langkah
itulah kita dapat memperlakukan pandangan hidup sebagai sarana mencapai
tujuan dan cita-cita dengan baik, adapun langkah-langkah itu sebagai berikut :
1. Mengenal
     Mengenal  merupakan  suatu  kodrat bagi manusia yaitu merupakan tahap
pertama dari setiap aktivitas hidupnya  yang dalam hal ini  mengenal apa itu
pandangan hidup. Tentunya kita yakin dan sadar bahwa setiap manusia itu pasti
mempunyai pandangan hidup, maka kita dapat memastikan bahwa pandangan
hidup itu ada sejak manusia itu ada, dan bahkan hidup itu ada sebelum manusia
itu belum turun ke dunia.
2.  Mengerti 
          Tahap  kedua  untuk  pandangan hidup yang baik  adalah mengerti.
Mengerti disini dmaksudkan mengerti  terhadap pandangan itu  sendiri. Bila
dalam brnegara kita berpandangan pada Pancasila, maka dalam pandangan
hidup pada Pancasila kita hendaknya mengerti apa Pancasila dan bagaimana
mengatur kehidupan bernegara. 
Mengerti terhadap pandangan hidup di sini memegang peranan penting.
Karena dengan mengerti ada kecenderungan mengikuti apa yang terdapat
dalam pandangan hidup ini
3. Menghayati   
Ilmu Budaya Dasar Langkah selanjutnya setelah mengerti pandangan  hidup adalah
menghayati pandangan hidup itu. Dengan  menghayati pandangan hidup kita
memperoleh gambaran yang tepat  dan benar mengenai kebenaran pandangan
hidup itu sendiri.
        Menghayati disini dapat diibaratkan menghayati nilai-nilai yang terkandung
didalamnya yaitu dengan memperluas dan memperdalam pengetahuan
mengenai pandangan hidup itu sendiri. Langkah-langkah yang dapat ditempuh
dalam rangka menghayati ini, menganalisa  hal-hal  yang berhubungan dengan
pandangan hidup, bertanya  kepada orang yang dianggap  lebih tau dan lebih
berpengalaman mengenai isi  pandangan hidup itu atau mengenai pandangan
hidup itu sendiri. Jadi dengan menghayati pandangan hidup kita akan
memperoleh  mengenai kebenaran tentang pandangan hidup itu sendiri.
4. Meyakini 
    Setelah mengetahui kebenaran dan validitas, baik secara kemanusiaan,
maupun ditinjau dari segi kemasyarakatan maupun negara dari  kehidupan di
akherat, maka hendaknya kita menyakini pandangan hidup yang telah kita hayati
itu. Meyakini ini merupakan suatu  hal untuk cenderung memperoleh suatu
kepastian sehingga dapat mencapai suatu tujuan hidupnya.
Dengan meyakini berarti secara langsung ada penerimaan yang ikhlas
terhadap pandangan hidup itu. Adanya sikap menerima  secara ikhlas ini maka
ada kecenderungan untuk selalu berpedoman kepadaNya dalam segala tingkah
laku dan tindak tanduknya selalu  dipengaruhi oleh pandangan hidup yang
diyakininya. Dalam menyakini ini penting juga adanya iman yang teguh. Sebab
iman yang teguh ini tak akan terpengaruh oleh pengaruh dari dirinya yang
menyebabkan dirinya tersugesti.
5. Mengabdi    
    Pengabdian merupakan sesuatu hal yang penting dalam menghayati dan
menyakini sesuatuyang telah  dibenarkan dan diterima oleh dirinya, lebih-lebih
oleh orang lain. Dengan mengabdi maka  kita akan merasakan manfaatnya.
Ilmu Budaya Dasar Sedangkan perwujudan manfaat. Mengabdi ini dapat dirasakan oleh pribadi kita
sendiri. Dan manfaatitu sendiri bisa  terwujud di masa masih hidup dan atau
sesudah meninggal yaitu dialam akherat.
Dampak berpandangan hidup islam  yang antara lain yaitu mengabdi
kepada orang tua. Dalam  mengabdi kepada orang tua  bila didasari oleh
pandangan hidup Islam maka akan cenderung untuk selalu disertai dengan
ketaatan dalam mengikutisegala perintahNya. Setidak-tidaknya kita menyadari
bahwa kita sudah selayaknya mengabdi  kepada orang tua .  Karena itu dahulu
dari bayi sampai dapat berdiri sendiri toh diasuhnya dan juga  kita didik kepada
hal yang baik.
6. Mengamankan
    Mungkin sudah merupakan sifat manusia bahwa bila sudah mengabdi diri
pada suatu pandangan hidup lalu ada  orang lainyang mengganggu dan atau
menyalahkannya tentu dia tidak  menerima dan bahkan cenderung untuk
mengadakan perlawanan. Hal ini karena kemungkinan merasakan bahwa dalam
berpandangan hidup itu telah mengikuti langkah-langkah sebelumnya yang
ditempuhnya itu telah dibuktikan kebenarannya sehingga akibatnya bila ada
orang lain yang mengganggunya maka dia pasti akan mengadakan suatu respon
entah respon itu berwujud tindakan atau lainnya.
Proses mengamankan ini merupakan  langkah terakhir. Tidak mungkin
atau sedikit kemungkinan bila belum mendalami langkah sebelumnya lalu akan
ada proses mengamankan ini. Langkah yang  terakhir ini merupakan langkah
terberat dan benar-benar membutuhkan iman yang teguh dan kebenaran dalam
menanggulangi segala sesuatu demi tegaknya pandangan hidup itu.